March 6, 2014

Bullying dan Gangster

Bullying itu memiliki arti menggertak, seseorang yang menganggu orang yang lemah. Tapi, bullying disini lebih mengarah ke kekerasan, penindasan, intimidasi dan lain sebagainya.

Sebenernya agak susah ya menjelaskan apa pengertian dari bullying atau bully itu. Bila melihat dengan mata kepala sendiri, kita bisa mengerti apa maksudnya, tapi sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata. Intinya, menurut gue bullying itu tindakan seseorang yang merasa dirinya itu paling hebat, kuat dan dengan serta-merta menganggu orang yang lemah. Dan korban yang menjadi bahan bullying ini, akan mengalami rasa sakit tidak hanya fisik, tetapi sakit pada mentalnya.

Biasanya mereka yang dibully memilih diam dan tidak melakukan apa-apa.

Keliatannya sok tau ya gue. Tapi itulah pemahaman gue soal bully-bully-an. Dan gue juga pernah mengalami kejadian ini sekitar 9 tahun yang lalu, ketika gue masih SMP.
Begini ceritanya...

Karena udah lama, jadi gue lupa-lupa inget gimana kejadian awalnya. Yang gue inget, ada satu geng di kelas gue, ternyata mereka itu udah temenan dari SD-kalo ngga salah-. Nah, gue juga temenan sama salah satu dari anggota geng itu sebut saja Euis. Yah, namanya juga geng, pasti ngga suka dong kalo salah satu anggotanya maen sama orang lain selain temen-temen segengnya. Lantas aja, gue ditindas sama mereka. Beruntung mereka ngga melakukan kekerasan terhadap gue, ya cuma nyindir-nyindir kadang ngelabrak. Gue akui, gue cewe yang lemah, makanya gue bersyukur mereka ngga ngelakuin hal-hal yang bikin salah satu organ tubuh gue rusak. Tapi tetep... Sakit. Iya, sakit mental gue. Garagara itu gue jadi sangsi pergi ke sekolah.

Lagi-lagi, gue beruntung, meskipun gue ngga diterima oleh gengges itu, masih ada yang mau terima gue sebagai temannya. Yaaa itu, si Euis itu dan teman-teman sekelas lainnya. Tapi, gue kasihan sama Euis ini, karena dia dijauhin sama teman-teman segengnya ini. 

Kepisah di tahun kedua, pada tahun ke-tiga kita dipertemukan lagi. Saat itu gue dan para gengges ini bisa temenan baik-akhirnya-. Kemana-mana bareng mereka, begitu juga dengan Euis. Mereka berteman baik lagi dengan Euis. Suatu hari, sang kepala geng ngajak gue untuk bergabung dengan mereka. WOW! Bocah SMP polos emang, gue terima ajakan itu. Selama gue gabung, berasa dianggep kacung men! Masih polos kali ye, jadi gue nyantai aja. Kalo diinget-inget tuh ya, aduh! Bego banget lah.. Kenapa baru nyesel sekarang? Yaaa, bocah polos, pikirannya tuh yang penting gue punya banyak temen, segeng, keren!!! *WTF!!*

Oh iya, ternyata geng di SMP gue dulu itu ada banyak loh. Setiap mereka bertemu pasti adu jutek-jutekan, sinis-sinisan, perang mulut, dan berakhir tampar-tamparan. Serem ya dunia per-geng-an itu?? Sebenernya gue masih bingung, apa sih yang mereka ributin? Cowo? ASTAGAAAAAAAH!!

Lanjut..

Saat udah beberapa bulan gabung sama cewe gengges ini, lagi-lagi gue dijauhin sama mereka karena mereka tahu kalo gue temenan sama geng sebelah-sebut saja geng "Akhir Pekan"-. Jelas dong gue bisa temenan dengan mereka, waktu kelas dua, gue sekelas dengan salah satu anggota geng "Akhir Pekan" ini. Dan gue akui, mereka emang baik sama orang-orang. Keren. Lebih keren daripada cewe-cewe gengges ribet itu. Selama gue berteman dengan geng "Akhir Pekan" ini, sama sekali gue ngga ngeliat adanya penindasan, kekerasan antar anggota geng mau pun dengan geng-geng lain. Dewasa? Mungkin mereka lebih dewasa. Makanya geng ini yang paling terkenal di sekolah gue. Dan, bisa jadi para gengges musuhin gue karena gue berteman dengan para anggota "Akhir Pekan" yang populer dikalangan siswa dan siswi saat itu.

Cibiran, sindiran terus menghujani kehidupan SMP gue oleh cewe-cewe ribet ini. Setiap gue lewat di depan muka mereka, adaaaaaaaaaa aja yang mereka omongin tentang gue, adaaaaaaaaa aja celaan buat gue. Yaaa, yang gue dibilang "sok kecakepan" lah, "kerempeng" lah, "sok pinter" lah, blablablablah!! Tapi karena gue berpikir saat itu gue udah berada di tahun terakhir, jadi gue anggep itu cuma angin. Toh, setelah lulus, gue gak bakal ketemu mereka lagi. Gue bisa merasakan waktu yang amat sangat panjang pas kelas tiga. Ditambah konflik, bullying dari cewe-cewe gengges ini. Wuih, makin panjaaaaaaaaaaaaaaaaang waktunya. Penindasan mereka terhadap gue pun menjadi-jadi. 

Dulu gue pernah masuk ke ruang BP, hmmm, kalo gak salah mereka-para cewe gengges- itu berantem soal handphone deh. Mereka bilang salah satu diantara mereka ada yang ngambil handphone si kepala geng. Oh iya! Bener! Soal handphone. Gue ngeliat anggota mereka ada yang punya handphone yang kebetulan sama kayak kepala gengges. 

Di ruang BP, ada gue, dua cewe gengges (yang satu saksi, yang satu pelaku), wali kelas dan guru BP. Di dalam ruangan itu, gue dimintai kesaksian sejelas-jelasnya. Tapi gue seakan didesak oleh satu cewe gengges yang juga jadi saksi-sebut saja Neneng-. Gue seakan-akan disuruh memojokkan pelaku, tapi caranya nyakitin, si Neneng nyubit paha gue. Masalah selesai, karena si pelaku akhirnya mengakui kesalahannya. Wali kelas menyuruh mereka kembali kelas dan menahan gue untuk tetap berada di ruang BP. DEG!!!! Kaget, Shock! Apa salah gue? Kan gue udah ngasih kesaksian dengan jelas.

Begitu dua cewe itu pergi, wali kelas gue langsung bertanya "kamu kenapa?". WIDIIIIIIIHH!! Gue merasakan angin segar berhembus di sekitar ruangan itu. Diam. "akhir-akhir ini ibu perhatiin kamu ngga sama mereka lagi. ada apa? berantem ya?" WOW!!!! Ini wali kelas tergalak tapi ternyata begitu perhatian sama murid-muridnya. KEREN!!! Tanpa berpikir panjang langsung gue ceritain dari awal sampai akhir. Wali kelas gue dan guru BP mendengarkan dengan seksama. Tiba-tiba bapak guru BP ini mukul meja sambil bilang "itu namanya kamu dibully. ditindas. dikerjain sama mereka." Mereka menyuruh gue balik ke kelas dan memanggil cewe-cewe gengges tersebut. Entah apa yang akan mereka sampaiin ke cewe-cewe rempong itu.

Beberapa hari berikutnya, menjelang persiapan UN, diadakan sosialisasi dari Kepsek, Wakepsek dan Guru-guru. Sebetulnya sosialisasi UN namun pada akhirnya pembahasan jadi meluas, bukan cuma soal UN tapi soal pem-bully-an juga. Kaget ya, soalnya yang ngomong itu guru BP dan dilanjutin oleh wali kelas gue. Yang kemudian semua siswa dari kelas lain langsung nengok ke arah kelas gue. Cewe-cewe gengges lantas nunduk, malu. Begitu sosialisasi selesai, cewe-cewe gengges ini dengan berlinangan airmata nyamperin gue dan meminta maaf. Ditengah-tengah kerumunan cewe-cewe itu dan ditengah-tengah isak tangis mereka, gue cuma bilang "iya udah, gapapa.. kalian udah gue maafin kok" padahal dalem hati gue "hahahaha, emang enak! rasain loh!" Hahahaha.. 

Akhirnya, kita berteman dengan baik lagi tanpa adanya bully-membully. Dan gue bisa melewati masa-masa(akhir) SMP dengan tenang, lulus dan yang paling penting buat gue... ngga ketemu dengan mereka lagi. 


Bagi gue, pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang menyedihkan buat gue. Karena gue selalu ngerasa ngga ada satu orang pun yang mau berteman dengan gue. Apapun yang gue lakuin selalu membuat orang lain merasa terganggu, hingga akhirnya gue ditindas, dibully, dan dijauhin. Tapi, gue juga sadar, dalam keadaan apapun, masih ada orang yang ternyata memperhatikan gue, yaitu wali kelas gue, Euis, dan teman-teman lainnya. Rasa sakit mental masih terasa sampai gue lulus SMP. Beruntung, ketika gue duduk di bangku SMA, gue bertemu dengan orang-orang amat sangat baik. Biasanya gue diem-diem aja waktu SMP, akhirnya gue bisa tertawa lepas selepas-lepasnya bersama teman-teman SMA gue. Ngga cuma SMA, sampai kuliah saat ini pun gue masih bisa tertawa selepas-lepasnya bersama teman-teman baik gue.

Rasa sakit mental itu lah yang membuat gue berpikir kalo gue pun ternyata pernah mengalami pem-bully-an meskipun tidak separah di luar sana.

--SEKIAN--





Dari gue, buat kalian..

Udah lah, buat apa sih maen geng-gengan kalo tujuannya cuma untuk menaikkan pamor atau kepopuleran kalian? buat apa sih maen geng-gengan kalo tujuannya hanya untuk menyakiti orang yang kalian anggap lemah? Apa untungnya kalian membully? Apa kerennya kalian menindas orang-orang lemah? Berteman yang biasa-biasa aja, ngga usah bikin geng. Toh suatu saat geng kalian akan terpecah belah dengan sendirinya. Suatu saat orang yang kalian bully akan menjadi orang yang lebih kuat dan hebat dari yang kalian bayangkan.



--SALAM AMATEUR--

January 18, 2014

Gengsi Dong!

"Hey, what's up, dude?"
"I always love the way you loving me, honey"
"Smile you don't cry"

Itu hanya beberapa penggalan bahasa Inggris yang biasa gue denger di film, lagu bahkan sosmed (yang kebetulan followers gue itu kebanyakan orang Indonesia)
Gue mau ngebahas mengenai 'bahasa'. Kenapa? Ya, sebenernya ini juga bisa jadi pembelajaran buat gue juga sih. Ngga ada maksud mau menghujat, menyalahkan, apalagi menuntut mereka yang menggunakan bahasa Inggris atau bahasa luar lainnya, tapi gue hanya sekedar memberikan pendapat dan mengingatkan akan bahasa ibu sendiri.

Baiklah, kita mulai...
Kenapa gue ngebahas ini? Karena beberapa waktu lalu, gue dan temen-temen gue sempat mendiskusikan hal yang menarik dan memotivasi. Yang kita bahas waktu itu adalah soal orang Jepang yang memiliki tingkat ke-gengsi-an yang tinggi. Gengsi akan hal apa? BA-HA-SA.

Mungkin sebagian dari kita udah pada tahu ya kalo orang Jepang itu ngga bisa berbicara atau ngobrol bahkan ngerumpi dan ngegosip pake bahasa Inggris, bahasa Latin dsb. Sebenernya ada, tapi hanya segelintir orang aja yang bisa, malah jago banget bahasa asingnya (yang dimaksud bahasa asing itu bahasa selain Jepang). Mengapa? Why? Karena mereka ngga mau mempelajarinya. Loh, kenapa tidak? Why not? Karena mereka bangga dengan bahasa mereka sendiri yaitu bahasa Jepang atau Nihongo (kalo diartiin ke Jepangnya)

Kebanyakan mereka menolak untuk menggunakan bahasa Inggris, meskipun mereka pernah mempelajarinya di sekolah. Bahasa Jepang selalu mereka gunakan tiap hari. Mereka akan merasa senang jika ada orang asing menggunakan bahasa mereka. Yah, sama seperti kita, orang Indonesia. Kita pasti bakal seneng banget kan kalo ada orang bule, orang Cina, atau orang Korea mengatakan "Terimakasih"; "Aku Cinta Kamu"; "Selamat Malam" dll.

Nah, dari hasil diskusi kita tersebut buat gue menyadari satu hal, orang Jepang aja gengsi kalo ngobrol menggunakan bahasa selain bahasa mereka sendiri, sedangkan kita? Justru kita sebaliknya. Gengsi kalo ngga bisa ngomong pake bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, Korea, Tagalog dsb. Kita beranggapan kalo ngobrol pake bahasa asing itu keren, status lo dimata orang kayaknya jadi tinggi, keliatan pinter, cerdas, cerdik, tangkas, rajin menabung dan tidak sombong. Gue juga sempet beranggapan seperti itu, tapi setelah gue mempelajari budaya orang Jepang yang dikenal kental banget, gue jadi sadar kalo ternyata orang Indonesia jauh lebih tinggi tingkat ke-gengsi-annya kalo soal bahasa.

Oke, bahasa Inggris memang bahasa Internasional. Tapi itu untuk di dunia internasional bukan untuk di negara kita. Bahasa Inggris kita gunakan kalo ada orang asing yang berkunjung ke negeri kita kemudian ngobrol-ngebrel bareng, intinya bahasa Inggris itu ada untuk menghubungkan seluruh manusia di dunia yang memiliki ragam bahasa. Kayak Indonesia, mempunyai bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia, untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki beragam suku, budaya, dan bahasa. Jadi bahasa Inggris bisa dibilang bahasa kesatuan Dunia Internasional.

Agak miris sih sebenernya, tiap kali ada anak-anak (baru) gaul di negeri ini casciscuscescos pake bahasa Inggris ke temen sepergaulannya, bahkan dicampur-aduk, bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris kayak gado-gado biar didengernya lebih keren. Ngga apa-apa sih, tapi kan tetep aja alih-alih biar kedengerannya keren malah disambit orang gara-gara eneg dengernya. Sedih. Lama-lama bahasa Indonesia dijambret juga sama negara tetangga karena kita lengah, begitu terlena dengan bahasa asing yang semakin lama semakin mendunia di Indonesia, contohnya yang saat ini lagi booming itu Hangeul? Hangel? Hangul? Ya, bahasa Korea Selatan lah pokoknya.

"Emang apa salahnya kita belajar bahasa asing? Bukankah kita harus bisa menguasai beberapa bahasa di luar bahasa Indonesia? Kita jadi pinter kan kalo belajar bahasa asing?"
Ngga ada salahnya kok belajar bahasa asing, karena kita memang diharuskan bisa berbahasa Inggris-terutama- karena itu adalah bahasa global, bahasa dunia. Kalo suatu saat lo harus pergi ke Amerika atau negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris tapi lo ngga bisa, sama siapa lo mau nanya? Apalagi kalo lo pergi ke negara yang ngga lo ngerti bahasanya dan ngga bisa memakai bahasa Inggris, mau ngapain lo disana? Bahasa Inggris atau bahasa lainnya dijadikan sebagai bekal ketika kita berhadapan langsung dengan dunia luar (internasional bukan dunia alien), global. Oleh karena itu kita harus bisa menguasai beberapa bahasa asing terutama bahasa Inggris.

Nyokap gue dari dulu selalu bilang "meskipun sekarang kamu lagi belajar bahasa Jepang, jangan dilupain bahasa Inggrisnya karena itu bahasa internasional, bekal nanti kalo berhubungan langsung dengan orang asing."

Kita tinggal di Indonesia, men. Bukan tinggal di negeri orang, kalo itu beda lagi ceritanya. 
Budaya kita dirampas sama negara sebelah aja kita marah, tapi kenapa kita ngga bisa mempertahankan budaya kita sendiri? Kenapa kita ngga bisa menjaga budaya dan bahasa kita sendiri? Ngga lucu kan kalo bahasa Indonesia dihak-patenkan oleh negara tetangga? Inget isi Sumpah Pemuda, kan? Nah, gimana kalo dari sekarang kita coba mengikuti kebiasaan orang-orang Jepang yang bangga dalam menggunakan bahasa mereka di kehidupan sehari-hari. Jangan dicampur-aduk macem gado-gado lah, kecuali buat lucu-lucuan aja dan itu ngga terlalu intens. Semakin sering mencampur-adukkan bahasa, semakin aneh dan norak didengernya.

Kita harus bisa memamerkan bahasa Indonesia dimata dunia, agar bahasa Indonesia semakin dikenal dan semakin baaaaaaaaaaaaaanyak orang asing yang berbondong-bondong datang ke Indonesa untuk mempelajari budaya dan bahasa Indonesia. Dan tanamkan rasa gengsi-kalo ngga make bahasa Indonesia-itu di dalam diri kita.



Saran dan kritik amat sangat dibutuhkan untuk membangun postingan ini. Terimakasih.

Salam Amateur :)

January 17, 2014

It's Been Long Long Loooooong Time

Selamat Tahun Baru 2014!!! (udah lewat sih, tapi it's better late than never, kan?)

Uwah! Udah lama ngga nulis disini. Kangeeeeeeeeeeeen~ sama blog-ku!!
Banyak kejadian-kejadian yang gue alami sepanjang tahun 2013 tapi ngga gue share di blog ini, karena...
1. asik sama twitter
2. banyak tugas kampus yang numpuk (apalagi sekarang gue udah tahun terakhir kuliah.. yeah, welcome, skripsh*t!)
3. kegiatan bareng temen-temen (nonton, ngerumpi, nongkrong, dll)
4. mengkhayal sesuatu yang selalu gue khayalkan semenjak SMA (pergi ke Jepang)
5. kemudian gue lupa sama blog ini deh~

Yah, gue cuma mau bilang, SELAMAT TAHUN BARU 2014!
Semoga tahun ini gue bisa ngisi blog ini lagi sambil skripsian. Pokoknya semoga dikasih kelancaran dalam mengerjakan skripsi gue nanti. AAMIIN..

あけましておめでとー